Powered By Blogger

The Elegant Cat

The Elegant Cat

Laman

Jumat, 07 Januari 2011

Surat hatiku untuk Mama tercinta....

Mama...
Mungkin sekilas itu sebutanku untuk Ibuku.....
Seorang wanita yang telah membawa aku ke dunia ini,,,,memperkenalkan sosok dalam diriku maupun orang lain di dunia ini.....
Seorang wanita yang mempertaruhkan hidupnya demi seorang anak seperti aku....tanpa mengharap apapun.....
Kali ini dengan terbuka aku akan mencoba bercerita tentang sosok Ibuku dalam hidupku......
....................
Boleh dibilang sejak kecil aku sudah terbiasa atau mungkin memang sudah begitu aku lebih dekat dengan Papa dibanding Mama...Mungkin karena ketika aku baru berumur 2 tahun,,aku sudah ditemani oleh kehadiran adik,,jadi aku harus dengan ikhlas berbagi sedikit lebih banyak kasih sayang Mama kepada adikku...
Begitulah seterusnya kedekatan, keakraban, serta kemanjaanku kepada Papa, hingga suatu saat ketika aku baru berumur 12 tahun, dengan berbesar hati aku harus ikhlas kehilangan seorang sosok Papa yang begitu dekat denganku,,yang berarti awal baru bagiku untuk berusaha lebih dekat lagi dengan Mama..
Awalnya memang agak susah,,aku merasa banyak ketidak cocokkanku dengan Mama. sebagai seorang anak yang beranjak remaja, mungkin bagiku saat itu,,Mama tidak cocok untuk ku jadikan sahabat berbagiku.
Jadilah aku seorang anak remaja yang pembangkang,,dengan kata lain tak pernah sedikitpun aku akur dengan Mama..
Sikap pembangkangku semakin menjadi-jadi ketika kira 2 tahun kemudian tepat aku berumur 14 tahun, Mama memberitahukan kepadaku dan adikku bahwa Mama akan menikah dengan salah satu saudara sepupu Papa. Masih aku ingat dengan jelas malam itu, Mama menyampaikan hal itu kepadaku. Seketika aku merasa bagaikan ditimpa beban berat, rasanya aku ingin mati saja. Aku tak rela sosok Papa digantikan oleh orang lain, siapapun dia. Padahal saat itu aku sudah dengan rela dan ikhlas menerima kehidupanku bahwa memang aku ditakdirkan hidup hanya bersama dengan Mama dan adikku, dan tak tak terbayangkan sedikitpun akan ada seorang lagi yang akan bersama kami. Itu sangat tidak aku inginkan....
Namun, apalah arti suaraku, dan adikku . Adikku mungkin masih bisa terima sat itu walaupun aku tahu hingga saat ini kami berdua tidak pernah ikhlas dengan semuanya.
Akhirnya Mama menikah. Dan tepat hari itu, aku lari dari rumah. Tak bisa digambarkan betapa hancurnya hatiku. Aku sangat tidak terima.
“Walaupun sekarang aku tahu aku sebenarnya harus berbesar hatii menerimanya. Mama butuh seseorang untuk menemaninya nanti jika aku dan adikku tak ada. Selain itu, seharusnya aku sadar betapa Mama begitu menanggung beban yang berat untuk membiayai hidup kami semenjak kepergian Papa”.
Namun, itulah keadaanku saat itu. Ya, betapa egoisnya aku. Sejak itu, hubunganku dengan Mama sangat renggang. Saat itu aku sangat benci Mama. ya, Mama lebih memilih suaminya dibanding aku. Aku mengerti memang aku yang keras kepala, namun yang aku sesalkan mengapa Mama tidak mendekatkan dirinya kepada anak-anaknya dan lebih memberi pengertian kepada anak-anaknya. Mungkin saat itu aku akan akan lebih menerimanya. Sampai-sampai ketika ujian SMP, aku sendiri tanpa ditemani seorang sosok mama disampingku. Mama lebih memilih ikut ke rumah suaminya. Betapa sakit hatiku saat itu. Ya pikiranku terbagi, antara UAN dan Mama. betapa berat beban masalh keluarga yang aku pikul saat itu di usiaku yang masih dini.
“Namun sekarang aku baru menyadari semuanya,,sebagai seorang anak aku tak perlu menunggu Mama yang mengerti aku. Sekarang baru aku sadari betapa egoisnya aku. Betapa aku membuat hati Mama sakit. Aku tahu, itu semua bukan kehendak Mama. ya, keadaannyalah yang harus membuatnya begitu. Namun sedikitpun aku tak pernah mengerti beliau”.
Hingga akhirnya aku meneruskan sekolahku di kampung kelahiranku, yang berarti aku harus berpisah dengan Mama. rasa sedih ada, seberapa benciku pada pada beliau, namun sebagai seorang anak betapa aku juga sangat tidak ingin berpisah dengan Mama. di sisi lain aku kecewa pada Mama, hanya karena masalah biaya aku harus sekolah di tempat lain . aku kecewa. Saat itu aku sangat benci Mama, terlebih pada suaminya. Apa gunanya dia menikahi Mama kalau akhirnya aku harus ditelantarkan.
Akhirnya demi menuntut ilmu, aku harus menghapus semua perasaan rindu pada Mama dan adikku. Akhirnya aku kembali ke daerah kelahiranku tempat saudara2 Mama. dan akhirnya aku sekolah.
Awalnya berat menjalani kehidupanku yang baru di tempat lain. Meskipun aku tinggal di rumah saudara kandung Mama, namun Ya, serasa menumpang di rumah orang lain hanya demi untuk disekolahkan. Sekali lagi aku membenci Mama. sekuat tenaga aku melupakan dan berusaha untuk tidak mengingat Mama.
Ya, banyak hal-hal baru aku dapatkan, mulai dari melakukan pekerjaan rumah tangga yang kecil hingga pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh pria. Ya, untuk anak seusiaku itu semua sangat berat. Namun demi sebuuah ilmu dan bangku sekolah, aku mengerjakan semuanya dengan ikhlas.
Tahun pertama, aku di izinkan oleh tanteku untuk pulang ke rumah. Namun tahun kedua hingga seterusnya tidak lagi. Aku serasa merantau di negeri orang.
Aku merasakan banyak perubahan yang terjadi pada diriku sejak tinggal disana. Aku mulai mandiri, dan tegar. Walaupun tak dapat aku tepis, ketika aku harus mengerjakan pekerjaan yang berat aku selalu menitikkan air mata. Aku selalu berpikir apakah ini kehidupanku??seorang siswa SMA yang berjuang hidup demi mendapatka pendidikan. Ya, aku merasa pekerjaanku tak lebih dari seorang pembantu. Namun aku sadar, itulah balas budiku pada tante-tanteku yang mau menampungku dan membantuku untuk tetap melanjutkan sekolah. Jadi, aku hanya diam dan dengan ikhlas menerima jika aku dimarahi ketika ada sedikit pekerjaan rumah tangga yang tidak beres. Sebagai seorang remaja, aku tak berharapp banyak, yang aku inginkan hanya pendidikan. Ya, aku beda dibanding teman-teman SMA seusiaku yang dengan mudahnya mendapatkan pendidikan SMA oleh orang tuanya sendiri. Ya, tugas mereka hanyya belajar. Dibanding aku, sedikit waktuku untuk belajar, pekerjaan di rumah yang banyak membuatku selalu mengeluarkan keringat setiap harinya, hingga tak pernah aku merasakan yang namanya tidur siang. Masih teringat jelas, karena semangatku yang besar untuk belajar, aku belajar sambil melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun, semuuanya aku terima dan jalani dengan ikhlas.
Dengan semangat aku belajarr dan tak lupa sellau berdoa kepada Tuhan. Berkat hasil kerja kerasku itu, alhamdulillah sejak semester 2 kelas 1 hingga aku lulus, aku sendiri yang membiayai sekolahku berkat beasiswa yang aku terima d sekolah sebagai hasil prestasi2 ku
Ya, alhamdulillah tak sedikit prestasi yang aku peroleh berkat semngat dan usahaku.
harapanku hannya satu saat itu, aku ingin membuktikan pada Mama, betapa aku bisa menjadi kebanggan dan aku bisa tanpa Mama.
akhirnya aku lulus di bangku SMA dan aku kembali ke rumahku sendiri. Ya, aku kembali dari perantauan dan perjuanganku selama 3 tahun di negeri orang.
Itu adalah awal dari perjuanganku kembali untuk menruskan pendidikanku ke Universitas. Ternyata Mama mau membiayaiku masuk Universitas. Dan itu membuatku kaget sekaligus bahagia. Ya, impianku dan cita-citaku akan segera tercapai.
Sempat aku berpikir, ketika aku kembali, apakah Mama akan seperti yang dulu, yang tak pernah mendengar suara dan permintaan anaknya. Ya, masih aku ingat dengan jelas ketika dengan berurai air mata Mama memelukku kemudian meminta maaf padaku atas segala yang terjadi selama ini. Ya, saat itulah aku sadar. Aku juga sanagt berdosa pada Mama. Mama tidak bermaksud begitu. Sekali lagi keadaanlah yang membuatnya harus begitu.
Dengan beruarai air mata, dengan jelas aku masih mengingat kata2 Mama, beliau akan berusaha memperjuangakn pendidikanku hingga selesai. Beliau tidak perduli lagi pada suami beliau. Ya, Mama akan berusaha sekuat tenagga membiayai pendidikanku dan adikku.
Begitulah akhirnya, hingga aku akhirnya bisa masuk di salah satu Universitas Negeri dengan jurusan yang ternyata impian Papa dari dulu.
Dan alhamdulillah hingga detik ini aku masih tercatat sebagai salah satu mahasiswa Keperawatan semester V di Universitas itu dan InsyaAllah hingga aku lulus. Amin. Dan itu berkat kerja keras Mama. Terima kasih Mama.
Banyak hal-hal yang baru aku sadari saat ini. Jika aku kembali mengingat kejadian2 dulu, aku tak percaya aku bisa bertahan dan melaluinya dengan baik hingga detik ini. Ya, banyak rintangan yang tlah aku lewati. Namun itulah harga mahal dari sebuah pengorbanan. Dan itu semua aku dapatkan karena nniat yang ikhlas, usaha yang keras serta penyerahan kepada Allah SWT.

Mama...
Terima kasih buat semuanya. Betapa segala pengorbananmu tak ternilai. Maafkan aku karena tak pernahh mensyukuri segala yang telah Mama berrikan dulu hingga sekarang. Dosa dan kesalahanku terlalu banyak dan tak sebanding dengan pengorbanan Mama.
Maafkan aku selalu menyebut2 Papa yang telah tiada dan membanding-bandingkan dengan Mama. betapa egoisnyya akuu..tak pernah sedikitpun aku bersyuukur bahwa aku masih memiliki Mama yang sangat sayang padaku.
Mama,,
Maafkan aku atas sikapku yang dulu hingga sekarang yang kekanakkan minta untuk dimengerti. Padahal tak pernah aku berpikiir bahwa Mama lah yang harusnya aku mengerti.
Ya, aku tlah dewasa. Sudah seharusnya aku mengubah pola pikirku yang kekanak-kanakan. Tak sewajarnya aku memikirkan seberapa besar kasih syang Mama terhadapku. Seharusnya dengan pkiranku yang dewasa aku sudah harus tahu, kasih sayang Mama tak akan pernah tertandingi oleh apapun. Ya, mungkin kasih sayangku terhadap Mama lah yang patut dipertanyyakan. Apakah aku dengan tulus menyayangi beliau.
Mama...
Maafkan anakmu ini...
Sudah sangat banyak luka yang aku torehkan untuk Mama, dan Mama sudah bnayak mengeluarkan air mata hanya untuk anak sepertiku. Maafkan aku, Ma...
Ya, aku sudah perrnah berpikiran salah tentang Mama. Mama tak pernah ssalah. Aku lah yang membuat semuanya menjadi salah. Mama tak pernah menelantarkan aku. Keadaanlah yang membuat semuanya harus seperti itu. Maafkn anakmu ini.....
Mama....
Maafkan aku yang sudah merepotkan Mama. belum pernah sedikitpun aku membhagiakan Mama. Aku hanya bisa menyakiti hati Mama.
Di usia Mama yang sudah semakin senja, seharusnya aku sudah mulai berpikir untuk mebahagiakan Mama. Ma, jujur, aku takut aku belum sempat memberiakan Mama kebahagiaan yang seharusnya Mama dapatkan dari aku.
Mama...
Aku sayang Mama dengan seluruh jiwa ragaku. Mama lah alasanku tetap bertahan di dunia ini. Tanpa Mama, apalah arti semuanya. Dari awal semuanya telah aku niatkan, aku melakukannya demi Mama karena Allah SWT.
Mama...
Maafkan aku atas kata-kata dan kebohongan kecilku selama ini yang telah membuat Mama mengeluarkan air mata. Ya, aku anak paling berrdosa. Anak berdosa yang sempat benci pada Mama. tapi itu dulu ketika pikiran dan perasaanku masih labil dan dikuasai oleh emosi..Maafkan aku, Ma..
Tapi jujur,,aku sangat sayang Mama. Maafkan karena kalimat ini belum pernah akuu kattakan langsung di hadapan Mama.
Mama...
Aku sayang Mama. Ma, di setiap doaku, aku tak pernah meminta yang lain. Aku hanya minta kepada Allah SWT agar Mama selalu sehat walafiat, panjang umur, dan selalu dalam lindunganNya. Amin.
Mama...
Aku rela dan ikhlas jika aku sakit, yang penting Mama selalu sehat. Aku ikhlas menderita asalkan Mama selalu bahagia.
Mama...
Andai beban itu dapat aku pikul,,biar aku yang memikulnya. Aku tak rela Mama menderita demi aku. Ketika aku mendengar suara Mama yang lemah,,hati ini ingin menangis..aku tidak rela Mama menderita. Melihat Mama mengerang sakit,,ingin rasanya aku menangis,, aku tidak rela Mama menderita. Biarkan aku yang merasakan sakit itu...
Mama...
Maafkan aku yang tak bisa menemani Mama disana..
Maafkan atas ketiadaanku dalam mendengarkan segala keluh kesah Mama selama ini..
Betapa aku ingin lebih mengerti Mama, menerima segala kekurangan Mama dan selalu berusaha mensyukuri bahwa Mama masih menemaniku.
Terima Kasih Ma..aku sayang Mama dengan segenap jiwa ragaku...
Andai waktu bisa diputar kembali, aku ingin mengahapus segala sikapku yang dulu kepada Mama. aku ingin mengulang kembali semuanya dengan Mama. aku ingin setiap harinya aku bisa dekat dengan Mama. aku ingin menjadi anak yang patuh buat Mama. aku ingin lebih berguna di mata Mama. aku ingin menghapus segala kesedihan dan tangis Mama yang telah aku torehkan pada Mama. aku hanya ingin mengukir kebhagian bersama Mama.
Namun itu semua takkan bisa kembali..tak ada gunanya aku menyesali semuanya. Ya, dengan sisa waktu yang ku miliki, aku harus memikirkan kebhagiaan yang dapat aku berrikan untuk Mama saat ini.
Ya, aku akan berusaha memberi kebahagiaan untuk Mama meskipun aku tahu kebahagiaan yang ingin ku beri tak ada bandingannya dengan segala pengorbanan serta kebhagiaan Mama yang telah Mama pertaruhkan untukku sejak aku lahir hingga detik ini.
Ya Rabbi...
Kiranya Engkau mendengarkan suara hatiku ini. Inilah suara kejujuran hatiku..hanya melaluimu Ku kirimkan surat hatiku ini untuk orangtuaku khususnya Mamaku..
Berkahilah beliau dalam setiap doa-doanya. Berilah beliau Rahmat dan KaruniMu, kesehatan, kebahagiaan serta umur panjang. Sertailah beliau dalam setiap langkah kehidupan ini. Sesungguhnya Engkau Dzat pemilik Semesta tempat kembali kami.
Ya Allah...
Ampunilah dosaku dan dosa kedua orangTuaku..sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah menyayangiku sejak kecil hingga sekarang. Amin...

1 komentar:

  1. Hargailah orang tuamu selagi ada...
    kesempatan itu tak akan datang untuk kedua kalinya...

    BalasHapus